Natal
(dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah hari raya umat
Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25
Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan dalam
kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember.
Beberapa gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal 6 Januari (lihat pula
Epifani).
Dalam tradisi barat,
peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Beberapa tradisi Natal yang
berasal dari Barat antara lain adalah pohon Natal, kartu Natal, bertukar hadiah
antara teman dan anggota keluarga serta kisah tentang Santa Klaus atau
Sinterklas.
Tradisi Natal
Pohon Natal
Pohon natal di gereja
atau di rumah-rumah mungkin berhubungan dengan tradisi Mesir, atau Ibrani kuno.
Ada pula yang menghubungkannya dengan pohon khusus di taman Eden (lihat
Kejadian 2:9). Tetapi dalam kehidupan pra-Kristen Eropa memang ada tradisi
menghias pohon dan menempatkannya dalam rumah pada perayaan tertentu. Tradisi
“Pohon Terang” modern berkembang dari Jerman pada abad ke-18.
Kartu Natal
Terdapat pula tradisi
mengirim Kartu Natal, yang dimulai pada tahun 1843 oleh John Callcott Horsley
dari Inggris. Biasanya dengan gambar yang berhubungan dengan kisah kelahiran
Yesus Kristus dan disertai tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Dewasa
ini orang memakai teknologi informasi (email) berkirim kartu Natal elektronik.
Sinterklas
Juga dalam rangka
perayaan Natal dikenal di Indonesia tradisi Sinterklaas, yang berasal dari
Belanda. Tradisi yang dirayakan pada tanggal 6 Desember ini, sekarang dikenal
dengan Santa Claus (atau Sint Nikolas), seorang tokoh legenda, yang mengunjungi
rumah anak-anak pada malam dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa
kutub membagi-bagi hadiah. Santo Nikolas yang sebenarnya berasal dari kota Myra
dan diyakini hidup pada abad ke-4 Masehi. Dia terkenal karena kebaikannya
memberi hadiah kepada orang miskin. Di Eropa (lebih tepatnya Belanda, Belgia,
Austria dan Jerman) dia digambarkan sebagai seorang uskup yang berjanggut
dengan jubah keuskupan resmi, tetapi kemudian gambaran ini menjalar ke seluruh
dunia dengan penambahan sejumlah atribut, seperti topi dan sebagainya. Ada
pengamat agama yang menyatakan Sinterklas justru merupakan simbol-simbol
sekuler dalam Kristen yang memang tidak ada Referensinya Alkitab, dan
dikomersialkan sedemikian rupa sehingga simbol Sinterklas diusahakan lebih
populer daripada hal-hal yang berkaitan langsung dengan Natal yang sesunggunya,
misalnya gambar bayi Yesus, dalam setiap perayaan Natal.
Dalam dunia modern,
perayaan Natal secara sekuler lebih menekankan aspek saling memberi hadiah
Natal, sehingga ada yang beranggapan Santa Nikolas makin lebih penting daripada
Yesus Kristus. Tradisi Sinterklaas Belanda menjadi bagian dari acara keluarga (untuk
mendisiplin anak-anak) dengan mengunjungi rumah-rumah disertai pembantu
berkulit hitam (Zwarte Pit) yang memikul karung berisi hadiah untuk anak yang
baik; tetapi karung itu juga tempat anak-anak nakal dimasukkan untuk dibawa
pergi. Di Amerika Serika tokoh ini disebut "Santa Claus" dan
digambarkan pertama kali oleh suatu iklan minuman Amerika sejak tahun 1931
sebagai seorang tua gendut, bercambang putih dan berpakain merah dengan sepatu
bot, ikat pinggang hitam, dan topi runcing lembut. Yang sering kita lihat juga
Natal dimeriahkan dengan banyak cahaya lampu berkelap-kelip. Selain untuk
menambah semarak perayaan, ini juga memiliki pemahaman cahaya yang ada,
maksudnya adalah Kristus akan mengusir kuasa kegelapan.
Kelompok Puritan
Wajah sekuler Natal
ini pernah mendapat tentangan dari orang Kristen Puritan di Inggris pada 1647.
Demi menghapus elemen-elemen yang tidak alkitabiah, Inggris yang ketika itu
dikuasai oleh Parlemen Puritan bahkan pernah melarang perayaan Natal.
Mereka menganggap
perayaan Natal hanyalah festival kepausan (popish) yang tidak punya
pembenarannya dalam Alkitab. Akhirnya, kaum Puritan di Inggris menggantinya
dengan satu hari puasa. Akibat larangan perayaan Natal ini, kerusuhan meledak
di sejumlah kota di Inggris. Bahkan, Canterbury dikuasai oleh massa pemrotes
selama berminggu-minggu. Kerusuhan akhirnya reda dengan pencabutan larangan
lewat Restorasi Raja Charles II pada 1660, kendati sejumlah pendeta tetap tidak
menyetujuinya.
Ritus timur
Berbeda dengan tradisi
perayaan Natal di barat, perayaan Natal ritus timur banyak mengandung aspek
rohani seperti puasa, bermazmur, membaca Alkitab, dan puji-pujian. Di
Gereja-gereja Arab, boleh dibilang tidak ada perayaan Natal tanpa didahului
puasa. Gereja Ortodoks Syria melakukan persiapan Natal dengan berpuasa selama
10 hari. Sementara di Gereja Ortodoks Koptik puasanya lebih lama lagi, yaitu
sejak minggu terakhir November. Jadi, sekitar 40 hari. Waktu iftar (buka puasa)
pada tanggal 7 Januari pagi. Puasa pra-Natal ini disebut dengan puasa kecil (Shaum
el-Shagir). Meskipun agak berbeda dalam tradisi, secara prinsip cara ini tidak
jauh berbeda dengan cara berpuasa Gereja-gereja Orthodoks lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar